Language
Currency

Batik Ketitik, Lurik Dilirik(Menelisik Sejarah Lurik Pedan nan Menawan)

saya bersama salah satu kawan sanggar, muter-muter di wilayah Kecamatan Pedan berniat mencari seragam untuk Sanggar kami. Pedan menjadi tujuan utama sekaligus pertama kami karena julukan yang disandang oleh wilayah ini sebagai kota Lurik.

Kami tertarik dengan Lurik karena selain sebagai warisan khas Klaten, lurik memiliki corak garis sederhana tapi elegan dengan berbagai varian warna.

Tapi, setelah beberapa jam kami keliling Pedan dan bertanya dengan banyak teman-teman yang asli Pedan- bahkan kami masuk ke pasar wagen sebagai pasar terbesar di kota pedan, kami belum juga menemukan kios-kios yang menjual batik, kecuali 2 kios/ toko batik besar yaitu Batik Purwanti dan Rachmad Batik/ Lurik Rachmad (LR), yang ketika kami kesana, harga kain atau baju yang tersedia sungguh diluar dugaan kami. Harga kain baju mulai dari ratusan ribu, jutaan sampai puluhan juta tersedia di kedua toko tersebut. Padahal budget kami hanya puluhan ribu/baju. Kamipun gagal mendapatkan baju lurik untuk teman-teman sanggar.

Disisi lain, kami melihat animo masyarakat yang sangat tinggi untuk
membeli batik/lurik di kedua toko tersebut. Meski kami sempat kecewa karena kami tidak mendapatkan apa yang kami cari, tapi ada kebanggaan tersendiri bahwa Lurik Pedan bukan saja digemari tapi juga dihargai sebagai warisan Klaten bernilai tinggi. Terbesit dalam hati saya: “Batik Ketitik, Lurik Dilirik
(Batik mulai diakui, lurik sudah diminati).

Singkatnya, sesaat kemudian saya mendapatkan informasi sekaligus kontak owner Lurik Rachmad dari teman yang juga pegiat Bumdes di Pedan. Berbekal komunikasi via WA, kamipun menuju ke kios sekaligus bengkel Lurik Rachmad. Meski harga ekonomis lebih banyak pilihan, selain yang high price , tapi budget kami yang hanya puluhan ribu belum kami temui disini, kalaupun ada jumlahnya hanya beberapa dan harus pesan untuk beberapa waktu, padahal seragam tersebut akan segera dipakai dua hari kemudian. Kamipun akhirnya harus kembali dengan tangan hampa.

Hal ironis yang kami alami adalah, kemenawanan lurik Pedan justru kemudian kami dapat dari luar Pedan bahkan dari luar Klaten melalui toko-toko online. Sekilas saya jadi teringat bagaimana gagahnya Beras Rojolele kebanggaan Klaten yang justru beberapa waktu lalu kita sempat kesulitan mencari petani maupun lumbung Rojolele di Klaten. Padahal merk-merk karung beras dapat dengan mudah ditemui diberbagai kota besar bahkan di hampir seluruh Nusantara. Untunglah pada kisaran tahun 2018an beberapa gerakan mandiri masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Klaten bergerak serempak untuk berusaha mengembalikan Klaten sebagai lumbung beras rojolele dengan berbagai gerakan dan inovasinya.

Bagaimana dengan Lurik Pedan?_

Selain cerita diatas, hal lain yang akan kami ceritakan adalah ketika kami ke bengkel Rachmad Batik atau juga dikenal dengan Lurik Rachmad (LR). Di bengkel tersebut, kami bisa melihat langsung puluhan alat tenun mulai dari yang alat tenun bukan mesin (ATBM) sampai mesin berteknologi tinggi. Kami juga banyak melihat diberbagai alat tersebut proses pekerjaan memintal benang, menenun maupun pembuatan motif lurik yang masih tertinggal di masing-masing mesin – karena kebetulan hari itu bengkel libur. Artinya bengkel ini masih aktif produksi.

Ditemani Arif Purnawan (Pak Pur) selaku owner, juga mbak Lissa selaku salah satu manajer di Lurik Rachmad. Dengan ramah, kami diajak berkeliling bengkel dan berdiskusi tentang Lurik Pedan mulai dari sejarah lurik dan LR, pasang surut usahanya, berbagai inovasi sampai berbagai keinginan yang masih ingin mereka wujudkan terkait Lurik kedepannya.

Dibengkel sekaligus juga toko yang beralamat di Jalan raya Pedan-Cawas Km 1, Kewarasan, Beji, Pedan tersebut, pak Pur menjelaskan bahwa Lurik Pedan memiliki sejarah panjang sejak awal muncul pada kisaran tahun 1930an.

Berawal dari Eyang kami, Raden Atmo Pawiro yang mempunyai bakat, kemauan serta kemampuan tentang dunia tenun, ditambah lagi ketika eyang kami kemudian menempuh pendidikan formal di Inrichting Bandoeng (Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil).
Setelah lulus pada 1938, eyang kami kemudian mendirikan usaha keluarga yang bergerak di bidang tenun dan kain.

Berkat kemampuan dan ketekunan beliau, usaha tenun tersebut berkembang dengan baik dan bahkan memiliki banyak karyawan. Tetapi usaha yang dirintisnya tersebut sempat hancur karena adanya agresi Belanda pada 1948. Ketika itu, Pedan sebagai wilayah yang sangat terdampak agresi, sehingga hampir semua warga Pedan mengungsi termasuk seluruh para karyawan Mbah Atmo. Tapi Mbah Atmo dan keluarganya seakan tidak putus asa untuk tetap mempertahankan dan mengajarkan tenun sebagai salah satu bidang yang ditekuni dan menjadi ladang bisnisnya. Hal ini terbukti bahwa bahkan ketika di barak pengungsian, beliau dan karyawan-karyawannya tetap menularkan sekaligus mengajarkan ilmu menenun kepada sesama pengungsi.

Pada tahun 1950 setelah kondisi mulai aman dan warga kembali ke kampung, merekapun kembali merintis kehidupan serta usaha baru. Ditengah kesulitan situasi pasca agresi, berbekal ilmu tenun yang mereka dapat selama mengungsi, banyak warga Pedan pun mulai merintis dan membuka usaha tenun. Seiring berjalannya waktu, warga yang menekuni dan membuka usaha tenun makin banyak, sehingga sejak tahun 50-an tersebut, Pedan mulai dikenal sebagai pusat tenun lurik di Klaten.

Masa keemasan usaha tenun ini sendiri mulai tampak sekitar tahun 1960, yaitu sejak usaha batik tersebut diteruskan oleh putra beliau yaitu Raden Rachmad dengan menggunakan nama usaha Lurik Rachmad.

Tangan dingin serta keahlian dalam majemen usaha pria kelahiran tahun 1932 yang sempat mengenyam kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini, terus menampakkan perkembangan baik usaha tenun ini. Bahkan Rahmad sendiri banyak menciptakan inovasi serta melakukan promosi melalui berbagai even. Bahkan R. Rachmad mendapat julukan sebagai Begawan/ Maestro Lurik Pedan.

Setelah R. Rachmad wafat pada 1987, Lurik Rachmad diteruskan oleh Generasi ke-3, yang di nahkodai oleh Arif Purnawan (Pak Pur).

Ditangan Pak Pur, inovasi masih terus dikembangkan karena makin kesini persaingan dalam dunia bisnis sandang semakin banyak.

Sebagai penerima warisan (legacy) kami menyadari, satu2nya cara merawat legacy ini adalah dengan mengusahakan dan mengembangkan bisnis ini sebaik mungkin, bukan hanya sekedar meneruskan yang sudah ada, jelas pak Pur

Dalam mengusahakan dan mengembangkan bisnis ini, LR selalu berpikir, observasi dan uji coba untuk membuat produk yang berkualitas tinggi. Kami membuat kain tenun dengan kerapatan yang lebih tinggi di banding produsen lain, sehingga kain produksi kami relatif tidak menyusut saat pemakaian. LR memakai benang original untuk produk2 premium kami seperti: Satria (Cotton) dan Sultan (Sutera), sehingga utk motif yang sama di jamin warna akan tetap sama sekalipun line produksinya berbeda, tambah Lisa.

Berbagai inovasi tersebut bukan hanya pada penciptaan proses dan motif, tapi juga dalam mengkolaborasikan dengan nuansa nusantara dengan tren batik yang terus berkembang. Setiap 4 bulan sekali, kami selalu ada motif baru dari LR dan di pastikan menjadi trend baru dalam industri fashion Indonesia. Bahkan LR sudah menjadi perusahaan Nasional dalam hal jenis kain tenun yang diproduksinya, Misal Kain Toraja; Paruki, Pamiring, Pabintik, Pabarong, Batik Sarita dll. Juga ada produksi Kain Tenun Papua, dan Boirim, tambah Lisa.

Batik Ketitik, Lurik Dilirik

Proses panjang dengan berbagai tantangan, pasang surut perusahaan, persaingan usaha dan berbagai tantangan lain sudah berhasil dilewati Lurik Rachmad dengan membuktikan diri masih bertahan dan berkembang sampai saat ini.

Kini Lurik makin dikenal luas baik di Nusantara maupun di luar negeri. Lurik Pedan juga banyak dilirik dan sudah bekerjasama dengan para designer nasional maupun brand2 global. Bahkan secara resmi Lurik sudah dipatenkan sebagai kekayaan intelektual Pedan Klaten oleh Pemerintah Kabupaten Klaten. Perjalan hingga dititik ini tentu tidak lepas dari perjuangan panjang R. Atmo Pawiro maupun masyarakat Pedan dan sekitarnya.

Diakhir perbincangan kami dengan Pak Pur, kita berkeinginan bahwa Lurik jangan sampai mandeg di sebuah brand bisnis saja, tapi bagaimana kita mengenalkan Batik secara lebih masif kepada masyarakat Klaten maupun dalam lingkup lebih luas melalui kemasan paket edukasi dan wisata (eduwisata) Lurik dengan sasaran para generasi muda. Sehingga generasi sekarang dan mendatang mengenal betul Lurik maupun Batik khas Klaten ini mulai proses awal dari bahan mentah sampai jadi kain, bukan hanya tahu hasilnya saja.

Untuk tujuan baik ini, Lurik Rachmad siap menjadi bagian dari edukator, pendamping sekaligus mentor bagi siapa saja yang mau serius belajar tentang lurik dengan berbagai seluk beluknya, pungkas Pak Pur.

Sentra pembuatan lurik di Jawa berada :
Lurik Rachmad (Workshop)
Jl.Pedan- Cawas,Rt 002,Rw 001, Desa/kelurahan beji,kec:Pedan,kabupaten Klaten,Jawa Tengah 57468
082328488880(whatshapp)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *